Talent Mapping Karyawan

images

Menginjak tahun 2015 awal, istilah talent mapping mulai sering terdengar. Beberapa praktisi HR mulai menggembar-gemborkan untuk melakukan talent mapping dan manfaat dari talent mapping itu sendiri. Pada dasarnya, talent mapping dilakukan untuk mengetahui bakat dan potensi yang dimiliki oleh karyawan di sebuah perusahaan, kemudian dilakukan pengelompokan karyawan berdasarkan potensinya. Harapan kedepan, nantinya perusahaan dapat mencari karyawan-karyawan yang dapat dikembangkan untuk jenjang karir yang lebih baik.

Talent mapping memiliki kaitan erat dengan program pengembangan dalam sebuah perusahaan. Tentu saja talent mapping yang dilakukan, untuk menemukan bibit bakat yang dimiliki oleh karyawan. Misalkan saja Anda mungkin pernah mendengar kalimat “born as a leader”, seseorang yang terlahir sebagai pemimpin, mungkin saja dapat Anda temukan dalam program talent mapping. Sangat berbeda usaha yang harus Anda keluarkan ketika Anda mendidik seseorang yang sudah memiliki bakat dengan seseorang yang memang hanya bekerja menjalankan aturan dan kewajiban yang dibebankan padanya. Pastinya akan lebih mudah mendidik seseorang yang sudah memiliki bakat.

Suatu ketika ada seseorang yang menanyakan seberapa pentingnya untuk dilakukan talent mapping pada karyawan? Sebelum saya menjawab, saya akan memberikan sebuah gambaran, yaitu melalui dua buah ilustrasi berikut ini.

“Saya bukanlah seorang yang memiliki kontrol emosi yang baik. Saya mencoba mencari cara untuk melakukan hal-hal yang dapat meredam emosi saya, saya melakukan konsultasi kepada psikolog terkait dengan cara untuk mengendalikan emosi. Namun, seberapa keras saya berlatih, ketika ada sesuatu yang tidak sesuai prosedur, saya akan langsung memarahi pihak-pihak terkait. Peredaan sebelum dan sesudah saya melakukan konsultasi adalah dari tingkat kesalahan yang saya temukan dan juga cara penyampaiannya.”

Pada salah satu cerita di atas diperoleh fakta bahwa bakat yang sifatnya softskill tidak dapat diubah meskipun dengan berbagai macam pelatihan dan proses pembelajaran. Anda dapat membandingkan dengan cerita berikut ini.

Baca juga  Peran Struktur Organisasi dan Job Description

“Saat lulus kuliah dari jurusan Teknik Mesin, saya sama sekali tidak memiliki keterampilan untuk memperbaiki mesin-mesin produksi. Namun perusahaan mengikutkan saya ke berbagai macam training, dan waktu kerja saya cukup banyak dihabiskan untuk memperbaiki mesin-mesin produksi. Sehingga setelah saya mendapatkan masa kerja beberapa tahun, saya dapat dikatakan cukup ahli dalam menangani mesin produksi.”

Pada cerita di atas menunjukkan bahwa kelemahan yang dimiliki oleh subjek adalah dalam hal skill dan knowledge, sehingga dengan berlatih maka dapat menjadi terampil. Namun, ada hal yang menunjang yaitu bakat untuk belajar, disiplin, dan analisa. Sehingga sebelum bakat yang dimiliki tersebut diasah, yang terlihat adalah kekurangan yang lebih dominan. Begitu juga sebaliknya pada cerita yang pertama, kekurangannya adalah dalam mengontrol emosi, jadi meskipun sudah dibekali cara bagaimana mengontrol emosi, maka akan ada satu titik dimana emosi menjadi tidak terkendali. Dan hal ini menjadi kekurangan dari yang bersangkutan.

Dari kedua cerita di atas, maka dapat disimpulkan bahwa ada bagian dari diri manusia yang dapat dirubah dengan latihan dan ada yang tidak. Proses talent mapping inilah yang nantinya digunakan untuk mengelompokkan karyawan sesuai dengan potensi dan keterbatasan yang dimilikinya agar proses pengembangan dapat lebih fokus dan memperoleh hasil yang akurat.